Dua anak yang berlawanan dan berlainan karakter
Dulu...
Putriku yang pertama saat usianya menginjak tahun ke 3 sudah mulai terlihat aktif dengan dunianya,terlebih masa dengan usia itu adalah masa di mana dia mulai mengenali sesuatu yang ada di sekitarnya,tak terkecuali permainan.
Anak pertamaku yang berjenis kelamin perempuan itu mulai menyukai dengan mainannya,
bukan boneka atau perlengkapan masak-memasak,tapi dia lebih memilih mainan yang seharusnya di mainkan oleh anak laki-laki.
Setiap di jejeri beberapa macam mainan yang tercampur,baik mainan anak perempuan atau mainan anak laki-laki,tak satupun mainan anak perempuan yang menarik perhatianyya.
Dia lebih memilih mainan seperti robot-robotan,mobil-mobilan dan bahkan dia lebih sering memilih bola untuk di pergang dan di mainkannya.
Saya sebagai orang tuanya,hanya bisa tersenyum melihat anak perempuan saya yang berkarakter seperti laki-laki dalam hal memilih mainan dan saya hanya bisa membiarkan dia tetap menikmati kegemarannya itu.
Tak bisa di elakkan,saya yang memang memiliki hobby membaca dan berburu berita,tak meninggalkan kesempatan untuk mendatangi beberapa perpustakaan yang ada di wilayah jakarta termasuk perpustakaan nasional indonesia.
Dalam pencarian buku-buku tentang karakter anak,ada salah satu buku yang saya baca dan meninggalkan pesan yang sampai kini masih terus saya jadikan pedoman.
Pesan yang terus saya ingat itu intinya adalah berikan kebebasan pada anak untuk menentukan dan memilih apa yang dia sukai pada saat si anak dalam usia pengenalan dunianya.
Dan selain itu jangan pernah melarang apa yang ingin anak lakukan di usianya yang masih dalam tahap pembelajaran di awal hidupnya.
Ketakutan yang dulu pernah ada pada diri saya dimana saya saat itu sempat takut jika anak perempuan saya itu mempunyai jiwa laki-laki (tomboy) yang ternyata tak terbukti.
Kini anak perempuan saya sudah memasuki usia yg ke 9 dan duduk di bangku sekolah dasar di kelas 5 ternyata telah menjadi anak perempuan yang murni dengan keanggunannya.
Singkat kisah,kini putraku yang kedua pun telah memasuki usianya yang ke 3,di saat inilah masa-masa yang membuatku agak sedikit ketakutan dengan karakter anak laki-laki yang sangat pemalu.
Meski pesan dari buku yang pernah saya baca dulu itu masih tetap ada dalam pedoman ku,tapi kini masanya sudah berbeda,dimana anakku yang kedua memilki seorang kakak perempuan yang kerap asyik bermain berdua dengan sedikit meniru dari karakter sang kakak yang pemalu dan kemayu.
Karakter anak laki-laki yang sangat manja dan pemalu inilah yang juga menyebabkan saya sebagai orang tuanya merasa sedih bila harus memiliki anak laki-laki yang berkarakter seperti perempuan.
Tapi pengalaman telah berbicara,bahwa anak perempuan yang hobby dengan mainan anak laki-laki ternyata tidak menjadikan perempuan yang tomboy.
Dengan bekal itulah saya akan tetap yakin dan terus membimbing putra saya ini untuk bisa menjadi seorang laki-laki yang sempurna,tanpa harus lagi membawa karakter pemalu di masa kecilnya.
Jika Allah mengizinkan...
Ayahmu menanti masa remaja mu anak-anaku!
Putriku yang pertama saat usianya menginjak tahun ke 3 sudah mulai terlihat aktif dengan dunianya,terlebih masa dengan usia itu adalah masa di mana dia mulai mengenali sesuatu yang ada di sekitarnya,tak terkecuali permainan.
Anak pertamaku yang berjenis kelamin perempuan itu mulai menyukai dengan mainannya,
bukan boneka atau perlengkapan masak-memasak,tapi dia lebih memilih mainan yang seharusnya di mainkan oleh anak laki-laki.
Setiap di jejeri beberapa macam mainan yang tercampur,baik mainan anak perempuan atau mainan anak laki-laki,tak satupun mainan anak perempuan yang menarik perhatianyya.
Dia lebih memilih mainan seperti robot-robotan,mobil-mobilan dan bahkan dia lebih sering memilih bola untuk di pergang dan di mainkannya.
Saya sebagai orang tuanya,hanya bisa tersenyum melihat anak perempuan saya yang berkarakter seperti laki-laki dalam hal memilih mainan dan saya hanya bisa membiarkan dia tetap menikmati kegemarannya itu.
Tak bisa di elakkan,saya yang memang memiliki hobby membaca dan berburu berita,tak meninggalkan kesempatan untuk mendatangi beberapa perpustakaan yang ada di wilayah jakarta termasuk perpustakaan nasional indonesia.
Dalam pencarian buku-buku tentang karakter anak,ada salah satu buku yang saya baca dan meninggalkan pesan yang sampai kini masih terus saya jadikan pedoman.
Pesan yang terus saya ingat itu intinya adalah berikan kebebasan pada anak untuk menentukan dan memilih apa yang dia sukai pada saat si anak dalam usia pengenalan dunianya.
Dan selain itu jangan pernah melarang apa yang ingin anak lakukan di usianya yang masih dalam tahap pembelajaran di awal hidupnya.
Ketakutan yang dulu pernah ada pada diri saya dimana saya saat itu sempat takut jika anak perempuan saya itu mempunyai jiwa laki-laki (tomboy) yang ternyata tak terbukti.
Kini anak perempuan saya sudah memasuki usia yg ke 9 dan duduk di bangku sekolah dasar di kelas 5 ternyata telah menjadi anak perempuan yang murni dengan keanggunannya.
Singkat kisah,kini putraku yang kedua pun telah memasuki usianya yang ke 3,di saat inilah masa-masa yang membuatku agak sedikit ketakutan dengan karakter anak laki-laki yang sangat pemalu.
Meski pesan dari buku yang pernah saya baca dulu itu masih tetap ada dalam pedoman ku,tapi kini masanya sudah berbeda,dimana anakku yang kedua memilki seorang kakak perempuan yang kerap asyik bermain berdua dengan sedikit meniru dari karakter sang kakak yang pemalu dan kemayu.
Karakter anak laki-laki yang sangat manja dan pemalu inilah yang juga menyebabkan saya sebagai orang tuanya merasa sedih bila harus memiliki anak laki-laki yang berkarakter seperti perempuan.
Tapi pengalaman telah berbicara,bahwa anak perempuan yang hobby dengan mainan anak laki-laki ternyata tidak menjadikan perempuan yang tomboy.
Dengan bekal itulah saya akan tetap yakin dan terus membimbing putra saya ini untuk bisa menjadi seorang laki-laki yang sempurna,tanpa harus lagi membawa karakter pemalu di masa kecilnya.
Jika Allah mengizinkan...
Ayahmu menanti masa remaja mu anak-anaku!



Comments
Post a Comment