Perjalanan
Di atas tulang-tulang besi
Di dalam gerbong yang tak lagi sepi
Ku berbaur dengan bermacam aroma nafas manusia
Dengan pandangan yang tak bertuju
Menusuk jarak lewat jendela yang tak bertirai
Menjajakan pandangan yang serba ironis
Menjejerkan ragam dan bentuk gubuk yang berpenghuni
Begitu cepat laju sang gerobak besi
Seolah tak ingin memberi kesempatan buatku
Untuk melihat lebih lama tangis para penghuni istana reot itu
Hanya sesekali terlintas peluh lelah dari penikmati hari di situ
Yang tertangkap pandanganku saat sinyal dan raung sirene
mengisyaratkan laju lambat pada gerobak besi ini
Mereka sadar
Bahwa mereka berada dalam ketakutan
Karena mereka harus siap setiap saat
Untuk merelakan hidupnya berakhir sia-sia
Saat wajah sang gerobak besi kelak akan melahapnya
Comments
Post a Comment