ketika doa terakhir terucap
Sang pelamun itu duduk di tepian pesisir pantai utara,matanya menatap jauh keujung penglihatan.Menghitung ombak yang datang silih berganti menuju tempatnya berpangku tangan.
Pandangan yang kosong tak mengerti apa yang sedang ia fikirkan,satu,dua tiga ombak yang menghantam karang dan mengelus telapak kaki sang pelamun itu,tak pernah terekam jumlahnya.
Ia harus selalu menghitung ulang sekumpulan air yang berbaris memanjang tat kala angin laut membawanya dan merubah menjadi gumpalan ombak.
Burung-burung camar yang mengira sosoknya itu seperti patung seorang yang sedang melamun di tepi pantai,kerap membuat burung-burung itu ingin hinggap dan mematuk kepalanya.
Angin laut yang membuat gemuruh di telingapun tak sanggup membuat sang pelamun berhenti berhayal,terus ia berdiam dengan mata tetap kosong tanpa ada yang tertangkap dari pandangannya.
Sesaat...sang pelamun itu berdiri dan melangkah beranjak sekedar memindahkan dirinya dari tempat duduk itu,ia kembali duduk dan melamun dengan tetap memangku tangannya di atas kedua lutut yang tertekuk,sesekali menopang dagu dengan telapak tangannya,entah apa yang membuat ia terus berhayal.
Perahu-perahu kecil yang lalu lalang di depan hidungnya,kepiting-kepiting yang memelototi dengan mata keluarnya,juga daun-daun kering yang jatuh tepat di atas kepalanya,tak serta merta membuatnya terusik,terus saja ia menikmati indahnya lamunan dalam hayalan.
Sang pelamun masih tetap bertahan pada apa yang telah membuainya dalam diam,seketika ia mengangkat singkat kedua telapak tangannya,dan membasuhkan kepada wajahnya,selayaknya seorang ulama besar yang memimpin doa untuk mengaminkan keinginan juga harapan.
Sepintas terlihat gerak bibir yang menjadi doa dari hatinya setelah lama dia berdiam dengan pandangan kosong di tepi pantai utara.Doa yang tak berarti tapi terucap.
Usai semuanya membuat lelah,ia kembali beranjak dari tempat duduknya,melangkah menuju jalur pantura untuk menyebrang ke ladang tandus yang tak tertanam padi.
Langkahnya gontai membawa pandangan kosong dan tulinya telinga,hingga suara gelegar klakson trailer pun tak tertangkap sempurna di genderang telinganya,membuat tubuh sang pelamun itu terpental dan diam selamanya,usai ajal datang di ujung trailer.
Pandangan yang kosong tak mengerti apa yang sedang ia fikirkan,satu,dua tiga ombak yang menghantam karang dan mengelus telapak kaki sang pelamun itu,tak pernah terekam jumlahnya.
Ia harus selalu menghitung ulang sekumpulan air yang berbaris memanjang tat kala angin laut membawanya dan merubah menjadi gumpalan ombak.
Burung-burung camar yang mengira sosoknya itu seperti patung seorang yang sedang melamun di tepi pantai,kerap membuat burung-burung itu ingin hinggap dan mematuk kepalanya.
Angin laut yang membuat gemuruh di telingapun tak sanggup membuat sang pelamun berhenti berhayal,terus ia berdiam dengan mata tetap kosong tanpa ada yang tertangkap dari pandangannya.
Sesaat...sang pelamun itu berdiri dan melangkah beranjak sekedar memindahkan dirinya dari tempat duduk itu,ia kembali duduk dan melamun dengan tetap memangku tangannya di atas kedua lutut yang tertekuk,sesekali menopang dagu dengan telapak tangannya,entah apa yang membuat ia terus berhayal.
Perahu-perahu kecil yang lalu lalang di depan hidungnya,kepiting-kepiting yang memelototi dengan mata keluarnya,juga daun-daun kering yang jatuh tepat di atas kepalanya,tak serta merta membuatnya terusik,terus saja ia menikmati indahnya lamunan dalam hayalan.
Sang pelamun masih tetap bertahan pada apa yang telah membuainya dalam diam,seketika ia mengangkat singkat kedua telapak tangannya,dan membasuhkan kepada wajahnya,selayaknya seorang ulama besar yang memimpin doa untuk mengaminkan keinginan juga harapan.
Sepintas terlihat gerak bibir yang menjadi doa dari hatinya setelah lama dia berdiam dengan pandangan kosong di tepi pantai utara.Doa yang tak berarti tapi terucap.
Usai semuanya membuat lelah,ia kembali beranjak dari tempat duduknya,melangkah menuju jalur pantura untuk menyebrang ke ladang tandus yang tak tertanam padi.
Langkahnya gontai membawa pandangan kosong dan tulinya telinga,hingga suara gelegar klakson trailer pun tak tertangkap sempurna di genderang telinganya,membuat tubuh sang pelamun itu terpental dan diam selamanya,usai ajal datang di ujung trailer.
Comments
Post a Comment